Wednesday, March 17, 2010

Doa selamat - Bakun, kukenang engkau dari jauh. Dari sebuah ingatan terkoyak dan rusuh. rabak dan rentan. Aku yang terkedu di kamar kaku Bangsat utama dan hujan lebat menyikat cemar kota – lambat-lambat menyerap kotor kimia dan asap ke dalam tanah masam, tajam berasid ini. Bakun, kutahu banyak yang telah terkorban. Rimba seluas singapura hanya tinggal gambar rajah sehelai peta lama. Kehidupan hutan tebal dicukur botak kemajuan. Habis togel ditarah pesta bogel pengkhianatan, gila harta, tamak kuasa haloba dunia kota. Konon empangan itu bekal tenaga menggerak nyawa tugu-tugu batu - Pembangunan. Bakun, bangkai kehidupan tenggelam tak berkafan. Bertakung, air bergenang. Tak ada yang tenang. Ia mimpi yang patah, musnah. Segalanya dah tercampak ke mana. Kehidupan orang ke mana. Empangan besar ke mana. Balak ke mana. Akhirnya yang tinggal tak bersembelih - yang tanggal tak berdalih - Hanyalah penderitaan, Ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo Arghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh Bakun, bukan aku mahu bercakap bahasa dendam, bercita-cita menumpahkan kicap – hitam – hutang darah berbalas (aku puas!). Bakun, bukan itu. Tapi, selalu ada tapi, selalu ada kecuali. Apatah lagi dengan tubuh rusuhmu yang begini, kemarau kering – kontang dan terbongkang. Hujan basah, berkeruh becak, lopak berdarah. Bakun, engkau yang telah mati terlentang. Ruh merayap ke serata negeri, hinggap di tingkap kamar kaku bangsat utama, menggagau, seriau. Engkau belum aman lagi. Bakun, nanti aku akan terbang ke sana. Dengan kepak kenyalang kuseberang laut china selatan. Dengan pedang kita akan keluar memburu kepala-kepala puaka alam itu. 21.10.04 (bangsat utama, kl - Malaysia)

No comments:

Post a Comment